“Ada observasi sederhana, bahwa di Belanda, Kristen mengalami kemunduran, sementara Islam mengalami kemajuan. Tapi, bila dicermati, sebenarnya ada perkembangan sebaliknya,” ujar Prof. Karel di hadapan peserta kuliah umum yang terdiri dari mahasiswa, dosen, staff Fakultas Teologi dan mahasiswa Pasca Sarjana Teologi Teologi UKIT.
Pernah di Belanda, cerita Prof. Steenbrink, yaitu di tahun 1960, dilaksanakan pilarisasi, atau pengelompokan berdasarkan agama atau ideologi. Ada yang dikelompokkan sebagai agama Protestan, Katolik, Sosialis, maupun liberal.
Namun, sekarang pluralitas telah menjadi kenyataan di Belanda. “Sekarang ini, jumlah umat Muslim di Belanda sudah berkisar 6%. Sementara bangunan mesjid berjumlah 22 buah dengan beragam bentuk arsitekturnya yang khas timur tengah,” ujar dosen senior yang penganut agama katolik taat ini.
Dalam konteks Indonesia, Prof. Steenbrink mengatakan, bahwa gerakan Darul Islam, Permesta, RMS, Papua Merdeka, Laskar Jihad, dan lain-lain memberi pelajaran bahwa jangan ada budaya dominan, tetapi pluralisme yang diwujudkan secara jujur.
Hadir dalam kuliah umum tersebut Rektor UKIT Pdt. Dr. R.A.D. Siwu, MA, PhD, dan Dekan Fakultas Teologi UKIT Pdt. K.A. Kapahang-Kaunang, MTh.