This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Dekan Fakultas Teologi UKIT, Pdt. Dr. Karolina A. Kapahang-Kaunang

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 19 Februari 2009

UKIT Rayakan Dies Natalis ke-44 dan Melantik 222 Wisudawan


Tomohon – Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) Jumat (20/2) hari ini, bertempat di lapangan kampus bersinar merayakan Dies Natalis ke-44 sekaligus melantik 222 Wisudawan. Perayaan yang diawali dengan ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Prof. Dr. W.A. Roeroe ini berlangsung meriah dan penuh makna.

Rektor UKIT Pdt. Dr. R.A.D. Siwu, MA., PhD dalam laporan tahunannya mengatakan, sistuasi yang dialami oleh UKIT ini sepertinya merefleksikan krisis yang sedang dialami oleh masyarakat dunia, terutama ketika terjadi krisis ekonomi di Amerika yang berdampak secara global. ”Mesmi begitu, sampai hari ini UKIT masih tetap eksis menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat,” katanya.

Rektor Siwu mengatakan, dalam rangka merespon beberapa persoalan global dan lokal yang terjadi sekarang ini, antara lain persoalan krisis ekonomi, lingkungan hidup dan peperangan, maka tema Perayaan Dies Natalis ke-44 kali ini adalah: ”Memelihara Keutuhan Ciptaan, Memperjuangkan Keadilan dan Mewujudkan perdamaian. ”Dalam kaitan dengan tema ini, telah dilanaksanakan beberapa rangkaian acara, antara lain kegiatan bersih-bersih, seminar dan pemilihan putra-putri kampus,” kata Rektor Siwu.

Total wisudwan UKIT yang dilantik pada Dies Natali ke-44 UKIT kali ini berjumlah 220 orang. Masing-masing Fakultas Teologi 130 orang, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) 13 orang, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) 31 orang, Fakultas Teknik 20 orang, Fakultas Psikologi 6 orang, dan Fakultas Hukum 18 orang. Salah satu wisudawan yang dilantik adalah Wakil Walikota Tomohon Syeni Lineke Watulangkow dari Fakultas MIPA.

Hadir dalam perayaan Dies Natalis ke-44 UKIT dan Pelantikan Wisudawan ini, Pdt. Prof. Dr. W.A. Roeroe, Prof. Dr. Willie Smits, Dr. Ir. Martina A. Langi yang membawakan orasi ilmiah, anggota senat UKIT, para orang tua wisudwan dan undangan.

Rabu, 18 Februari 2009

“Pemberian Diri Penuh Waktu”


Pdt. Dr. A.F. Parengkuan, M.Th., Rayakan 34 Tahun Menjadi Pendeta

Oleh: Denni Pinontoan

Suasana kampus Fakultas Teologi UKIT, pagi itu tampak seperti biasanya. Yang lain, hanyalah soal kecerian para staf dan dosen yang datang pagi-pagi. Maklum, hari ini adalah awal minggu yang baru. Hari itu, Senin 16 Februari 2009. Tak ada yang tahu, bahwa bagi salah satu dosen di Fakultas Teologi ini, tanggal 16 Februari adalah tanggal yang special. Dosen yang mengenang betul tanggal itu adalah Pdt. Dr. Arnold F. Parengkuan, M.Th. Mengapa?

Nanti ketika para dosen dan staf berkumpul dan duduk-duduk manis di ruang dosen, baru jelas, bahwa ternyata Pdt. Parengkuan sedang berbahagia dan bersyukur, mengingat hari itu, di 34 tahun yang lalu, dia ditahbiskan menjadi pendeta GMIM. “Hari ini adalah hari yang istimewa bagi salah seorang dosen dan rekan kerja kita, yaitu Pdt. Parengkuan, mengingat tepat pada hari ini, masa pelayanan Pdt. Parengkuan sebagai pendeta genap berusia 34 tahun,” ujar Pdt. Lintje Pangaila-Kaunang yang memandu acara syukuran yang diselenggarakan dengan penuh kesederhanaan di pagi itu.

Mensyukuri berkat tersebut, Pdt. Marthin Supit, yang adalah teman kelas waktu kuliah Pdt. Parengkuan diminta untuk memimpin doa syukur atas kebahagian yang sedang dirasakan oleh Pdt. Parengkuan. Dalam doanya, Pdt. Supit berterima kasih kepada Tuhan karena penyertaannya sehingga telah bersama-sama dengan Pdt. Parengkuan selama 34 tahun pelayanan di jemaat. Dan memohon kiranya juga Tuhan akan memberkati segala usaha pemulihan kesehatan dari Pdt. Parengkuan, baik perawatan medis, maupun pelayanan keluarga.

Selesai menyanyi dan berdoa, Pdt. Parengkuan didaulat untuk menyampaikan ungkapan hati terkait dengan pengalaman pelayanannya selama 34 tahun ini. Dalam ungkapan hatinya tersebut, sejumlah kesan dalam melaksanakan pelayanan terasa betul memberi motivasi dan harapan baru dalam dunia pelayanan.

Usai acara itu, saya menemui Pdt.Parengkuan di salah satu ruangan di Fakultas. Beberapa kesan pengalaman pelayanannya diungkapnya dengan serius, seserius ketika beliau berkhotbah atau juga mengajar di kelas-kelas kuliah sejarah. ”Saya ditabhiskan sebagai pendeta di Jemaat Pakuure, wilayah Tengah pada 16 Februari 1975 oleh Pdt. Wiliam. Langi, yang waktu itu sebagai wakil ketua Badan Pekerja Sinode GMIM,” ujarnya mengawali percakapan itu.

Cerita Pdt. Parengkuan, yang dia ingat dari jemaat tempatnya menjalani masa vikariat sampai diteguhkan menjadi pendeta, adalah panjang desa itu. ”Yang saya ingat betul, jemaat Pakuure tempat saya menjalani masa vikariat kurang lebih satu tahun lamanya adalah panjang desa itu. Kira-kira 2 kilo meter panjangnya. Waktu itu harus jalan kaki, dan saya harus melayani semua kolom yang ada,” kata Pdt. Parengkuan mengenang.

Sementara soal keramahan masyarakatnya ternyata menjadi kenangan tersendiri. ”Waktu vikaris, saya tinggal di rumahnya keluarga Tewu-Nayoan. Saya masih ingat, anak-anak keluarga ini ada banyak, dan masih kecil-kecil waktu itu. Meski sangat sederhana, tapi keluarga ini begitu sukacita menerima saya. Mereka sangat senang saya bisa tinggal bersama mereka. Itu kesan yang saya tidak pernah lupa,” katanya.

Kehidupan bersama jemaat di masa itu menurut Pdt. Parengkuan, adalah sebuah pengalaman yang berharga dalam menapaki kehidupannya setelah melakukan pelayanan di daerah lain. ”Waktu itu usia saya masih kira-kira 25 tahun. Jadi pergaulan dengan pemuda, pemudi dan remaja berjalan baik. Kami sering membuat sandiwara Natal,” ujar pria kelahiran Tondano ini.

Interaksi dengan kaum muda di Pakuure di masa itu, membawa kesan yang mendalam bagi Pdt. Parengkuan. ”Banyak di antara pemuda dan remaja yang bersama-sama dengan saya dulu aktif di gereja yang kemudian menjadi pendeta dan guru agama. Ini suatu kenangan yang penuh arti bagi saya,” jelasnya dengan wajah yang berseri.

Setelah ditahbiskan menjadi pendeta, Pdt. Parengkuan tak lama kemudian langsung menjadi Tenaga Utusan Gereja di Halmahera, khusunya menjadi tenaga pengajar di Akademi Teologi di sana. ”Selama kurang lebih 7 tahun (1975-1982-red) di sana, banyak pengalaman berharga yang saya dapat untuk pembelajaran dalam rangka pelayanan.,” ujarnya penuh keramahan ini.

Menurutnya, beberapa pengalaman berharga yang diperolehnya selama melayani di Halmahera bersama-sama dengan jemaat dan para pelayan Gereja Masehi Injili Halmahera (GMIH), antara lain, dalam pelayanan itu dapat dirasakan betapa begitu besar kasih karunia Tuhan. Berikut, tantangan alam dalam melakukan pelayanan, misalnya ketika harus menyeberang pakai perahu dan berhadapan dengan ombak yang kencang, ini kemudian memunculkan suatu sikap penyerahan diri kepada Tuhan, Sang Pencipta. Selanjutnya, interaksi yang aktif dengan teman-teman sepelayanan di sana memberi banyak pelajaran mengenai pentingnya hidup bersama-sama.

Hingga sekarang, kata Pdt. Parengkuan, dirinya masih cukup dekat dengan sinode GMIH. ”Oktober tahun lalu, saya diundang oleh sinode GMIH untuk menggumuli bersama-sama makna penahbisan pendeta. Sekitar 300-an pendeta yang hadir waktu itu. Ini dilaksanakan terkait dengan keterlibatan pendeta di bidang politik.” ujar mantan ketua Sinode GMIM ini.

Tahun 1982 Pdt. Parengkuan kembali ke Tanah Minahasa. Dan oleh sinode GMIM menugaskannya menjadi pendeta jemaat di Imanuel Wanea. Tapi di jemaat tidak lama, hanya sekitar 2 ½ tahun, karena pada tahun 1984-1985 dipercayakan juga menjabat Pembantu Dekan Bidang Akademik di Fakultas Teologi UKIT. ”Tapi di jemaat Imanuel Wanea, meski tidak terlalu lama, tapi banyak pelajaran yang saya bisa dapat dalam memaknai panggilan pelayanan. Terutama adalah bagaimana memaknai panggilan sebagai pelayan di suatu komunitas perkotaan,” ujar dosen sejarah gereja ini.

Pdt. Parengkuan, juga diberkati dengan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan keilmuan teologi. Gelar S2-nya diperoleh di SEAGST. Gelar S3 diperolehnya di sekolah yang sama.

”Dari perjalanan kehidupan di dunia pelayanan ini, saya kemudian mendapat sebuah makna, bahwa pemberian diri penuh waktu, pengabdian pada pelayanan dan penyerahan diri kepada Tuhan, adalah modal penting bagi seorang pendeta,” tandas Pdt. Parengkuan.

RAHIM dan NATAL

(refleksi di Hari Ibu, 22 Desember 2009)
Oleh : Pdt. Augustien Kapahang-Kaunang, M.Th*

Natal adalah hari kelahiran Juruselamat dunia. Ia lahir dari rahim seorang perempuan. Ia lahir dan menjadikan seorang perempuan menjadi seorang ibu. Natal bermakna banyak. Salah satu makna penting bagi dunia ialah mengembalikan rahim pada fungsinya. Rahim ada, karena Tuhan Allah mencipta manusia dan terus mencipta manusia. Bahwa hidup manusia dan dunia ini harus terus berlanjut. Kata kerennya adalah reproduksi. Reproduksi dari Allah dipercayakan kepada perempuan karena rahimnya. Karena itu Alkitab dalam Kejadian 3 : 20 mencatat “Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup”. Pernyataan sekaligus pengakuan bahwa Hawa (perempuan, isteri) adalah ibu dari semua yang hidup sudah ada sejak dahulu kala. Ini terjadi karena memang perbedaan alamiah antara perempuan (ibu) dan laki-laki (ayah/bapak) terletak di sini. Fungsi reproduksi rahim perempuan yang diikuti dengan semua fungsi biologisnya inilah yang dikategorikan kodrat. Perbedaan perempuan dan laki-laki adalah perbedaan kodrati. Kodrat dari bahasa Arab “qudra” berarti yang terberi. Kodrat adalah pemberian Tuhan, bukan buatan atau hasil dari suatu pembiasaan atau pelatihan bukan rekayasa prilaku, bukan konstruksi sosial atau citra baku buatan manusia, ya… bukan budaya manusia.

Cerita kejatuhan manusia dalam dosa seperti yang tercatat dalam Kejadian 3:16 mengindikasikan bahwa karena rahim itulah maka perempuan akan susah payah waktu mengandung dan dengan kesakitan akan melahirkan anak… Seolah-olah mengandung dan melahirkan adalah akibat dosa. Tidak sedikit perempuan yang ‘takut’ untuk mengandung dan melahirkan, karena membaca ayat ini. Padahal susah payah dan kesakitan adalah alamiah dalam proses mengandung dan melahirkan. Itulah ‘seninya’, itulah kodrat perempuan. Sebaliknya tidak sedikit kaum perempuan yang dengan sadar , entah karena ada masalah yang rumit, ia sengaja menyalah gunakan kandungan untuk maksud-maksud yang tidak baik, yang berlawanan dengan maksud Tuhan memberi rahim kepadanya. Belum lagi dengan adanya kenyataan ada perempuan yang terpaksa atau dipaksakan mengandung dan melahirkan. Sehingga mengandung dan melahirkan baginya menjadi beban, memalukan bahkan seolah-olah telah ‘menutup’ masa depannya.

Sekarang ini teknologi kedokteran sudah sangat maju bahkan terus berkembang pesat. Waktu melahirkan, jenis kelamin bayi dalam kandungan, cara melahirkan (biasa atau operasi) sudah dapat ditentukan, diketahui dan dipilih. Pasca melahirkanpun sudah banyak kemudahan dalam hal mengasuh si bayi mungil lengkap makanan minuman dengan segala perlengkapannya sampai usia kira-kira 2 tahun. Pendek kata mengandung dan melahirkan sudah dapat dipersiapkan dengan baik. Persiapan seperti ini akan mengalahkan segala ketakutan dan kekuatiran sebagian kaum perempuan. Demikianlah beberapa kenyataan yang sempat terekam sekitar rahim dan fungsinya serta kesiapan kaum perempuan bersama dengan kaum laki-laki/ suami bahkan keluarga besarnya.

Fungsi reproduksi ini menjadi sangat berarti kala kita membaca nubuatan tentang kelahiran Yesus (a.l. Yesaya 7: 14, 9: 5) dan cerita tentang kelahiran Yesus (Matius 1: 20-23; Lukas 1: 31-36). Dari nubuat dan cerita tersebut, menyatakan bahwa rahim atau kandungan terberkati. Melalui Maria, seorang Juruselamat lahir ke dunia. Bahkan Maria mengandung dari Roh Kudus. Dia yang dinanti-nantikan untuk membawa kelepasan bagi umat yang tertindas, yang berada berada dalam kekelaman dan kesuraman telah lahir dari rahim yang dalam cerita kejatuhan manusia dalam dosa (Kejadian 3) mendapat ‘hukuman’. Susah payah waktu mengandung dan kesakitan dalam melahirkan bukan lagi sebagai hukuman atau akibat dosa tetapi suatu berkat. Berkat bagi seluruh dunia, bagi semua orang, semua kaum, semua bangsa. Berkat rahim, kehidupan dunia terus berlanjut. Manusia yang lahir dan hidup, terus melahirkan kehidupan, bukan hanya bagi manusia tetapi bagi semua ciptaan. Dapat kita bandingkan dengan ungkapan khas Minahasa “Si Tou Timou Tumou Tou” (Manusia Hidup Menghidupkan Orang). Sebab manusia adalah mandataris Allah dalam mengelola bumi (Mazmur 8:2-9). Bahkan Dia yang lahir ini dinamai Imanuel yang berarti Allah menyertai kita (Matius 1 : 23). Dia menyertai berarti Dia tidak pernah membiarkan umat-Nya. Dalam dunia yang banyak tantangan, pergumulan dan cobaan, di sanalah penyertaan-Nya terasa sekali. Dalam dunia yang makin canggih di era globalisasi, era kompetitif yang berwajah ganda : positif atau negatif, menguntungkan atau merugikan, membawa berkat atau kutukan, Imanuel sangat relevan kontekstual. Siapapun kita pasti punya masalah. Dia Imanuel. Terpulang kepada masing-masing orang apakah dia merasakan Imanuel itu.

Setiap tanggal 22 Desember dirayakan Hari Ibu. Antara hari Ibu dan Hari Natal hanya beda 3 hari. Bagi saya merayakan hari ibu berarti merayakan ibu dari semua yang hidup. Bukan hanya manusia tetapi segenap ciptaan. Perjuangan kaum perempuan/kaum ibu bukan sekedar merayakan statusnya tetapi lebih dari itu yaitu peran dan fungsinya harus dirayakan dalam karya sehari-hari, menjadi prilaku hidupnya. Juga hidup dan prilaku kaum laki-laki dalam memperlakukan kaum perempuan. Perayaan hari ibu bukan sekedar seremoni dengan pakai pakaian kebaya lengkap dengan ‘konde’ atau sanggul atau dengan lomba-lomba yang sering hanya untuk pamer saja yang tidak ditindaklanjutkan sehari-hari. Terlalu sering perayaan hari ibu hanya untuk kesenangan sendiri bahkan sering terkesan pamer diri dengan pakaian serta asesorisnya orang-orang berjabatan dan berduit. Merayakan hari ibu berarti ambil bagian memikirkan dan memberdayakan para ibu yang terpaksa atau dipaksa untuk ‘memutus mata rantai kehidupannya’ sendiri. Merayakan hari ibu berarti berjuang bersama dengan mereka yang susah, payah dan papa. Lembaga-lembaga perempuan/kaum ibu atau pemerhati perempuan hendaknya berjejaring membangun bersama program ‘menghidupkan orang lain’.

Bagi saya salah satu keistimewaan merayakan hari Natal sebagai hari kelahiran Yesus berarti merayakan keselamatan dunia ini yang berita-Nya dinyatakan pertama-tama melalui perempuan (Lukas 1:28 dan Nyanyian Pujian Maria : Lukas 1:46-55). Natal berarti mengangkat dan menempatkan kembali perempuan pada posisinya yaitu menjadi ibu dari semua yang hidup. Hendaknya natal dirayakan dengan menghargai kaum perempuan yang dengan ‘susah payah mengandung dan dengan kesakitan melahirkan anak-anak’ yang menjadi masa kini dan masa depan umat manusia dan dunia ini. Hendaknya kaum perempuan sendiri menghargai dirinya dengan segala hal yang terberi baginya untuk menjadi ‘saluran keselamatan’ Tuhan Allah bagi dunia di mana ia berada.


* Dekan Fakultas Teologi UKIT.

Tomohon, 20 Desember 2009

Kamis, 12 Februari 2009

Fakultas Teologi UKIT sebagai Penyelengara SEAGST


The South East Asia Graduate School of Theology (SEAGST) adalah program studi lanjut (S2 dan S3) yang berada dalam lingkungan The Association for Theological Education in South East Asia (ATESEA). ATESEA ini melayani sekolah-sekolah teologi yang terdapat di 16 negara di Asia termasuk Indonesia. SEAGST berkedudukan di negara di mana ATESEA berkantor. Dekan dari SEAGST adalah Direktur Eksekutif dari ATESEA. Dalam operasionalisasinya, Dean ini dibantu oleh para Area Dean yang ada di setiap negara. Untuk Indonesia, Area Dean berkedudukan di STT Jakarta.

Fakultas Teologi UKIT sebagai salah satu sekolah anggota ATESEA , kemudian menjadi salah satu sekolah penyelenggara (participating school). Mahasiswa pertama (S2) yang lulus ujian masuk di Fakultas Teologi UKIT pada tahun 1985 adalah Pdt. Arnold Fr.Parengkuan, Pdt.Bea B.B.Pandeirot-Lengkong, Pdt. Augustien Kapahang-Kaunang. Pada saat memulaikan studi, Pdt. Arnold dan Pdt.Bea harus pindah lokasi studi di STT Jakarta mengikuti dosen pembimbing Pdr.Dr.de Jonge (dosen Sejarah Gereja). Sedangkan Pdt. Augustien tetap berstudi di Tomohon karena dosen pembimbing Pdt.Dr.James Haire (dosen Teologi Sistematik/Dogmatik) tetap mengajar di Tomohon walau tidak berapa lama kemudian karena kesehatan anak-anaknya harus pindah ke Brisbane Australia. Di manapun tempat studi di Indonesia ini, pembelajaran diorganiser oleh Indonesia Area Dean di STT Jakarta. Perkuliahan berjalan secara tutorial dalam 4 konsentrasi yaitu 3 konsentrasi utama (major) dan 1 konsentrasi penunjang (pilihan). Untuk konsentrasi utama dilakukan bersama dengan pembimbing penulisan tesis, sedangkan konsentrasi pilihan oleh seorang dosen lain yang ditetapkan oleh Area Dean. Pelaksanaan ujian akhir dilakukan dengan cara mengirim tesis kepada para pembaca/penguji yang telah ditetapkan Area Dean. Hasil baca/uji oleh tiga orang termasuk pembimbing disampaikan kepada peserta ujian secara tertulis melalui Area Dean. Inilah awal cerita program SEAGST di Fakultas Teologi UKIT.


Untuk pertama kali wisuda S2 dilaksanakan pada 12 Juni 1989 bertepatan dengan HUT PI dan Pendidikan Kristen GMIM bertempat di Auditorium Bukit Inspirasi a.n. Pdt.Augustien. Wisuda ini langsung dipimpin oleh Pdt.Prof.Dr.P.D.Latuihamallo selaku Indonesia Area Dean dan yang dikoordiner oleh Pdt.Prof.Dr.W.A.Roeroe juga sebagai dosen pembimbing konsentrasi pilihan (PL) dari Pdt.Augustien. Pada tahun 1996 Area Indonesia terbagi menjadi dua yaitu bagian Barat berpusat di FTeol UKDW Jogya dan bagian Timur berpusat di STT Intim Makassar. Selanjutnya sampai sekarang tercatat yang sudah selesai(wisuda) untuk program S2 berjumlah 5 orang. Dalam sejarah FTeol UKIT, untuk pertama kali pada tanggal 7 Oktober 2006 dilaksanakan wisuda program S3 atas nama Pdt.Lientje Pangaila-Kaunang yang dipimpin langsung oleh Pdt.Dr.Zakaria J.Ngelow selaku Area Dean SEAGST Eastern Indonesia Area. Pdt. Lientje mengambil bidang studi Perjanjian Baru dalam bimbingan Pdt. Wenas Kalangit, D.Theol (chief advisor). Tentang ujian S3 berlangsung secara lisan dan tertutup oleh para pembimbing (chief advisor dan 2 orang co-advisor) serta seorang penguji luar (eksternal reader). Ujian dipimpin langsung oleh Dean of SEAGST dan turut dihadiri oleh Area Dean, Area Committee serta Dekan Fakultas Teologi UKIT. Sekarang ini tercatat 7 orang mahasiswa S2 dan seorang mahasiswa S3. Operasional akademik ditangani oleh Area Committee Pdt.Dr.A..F.Parengkuan sedangkan administrasi dan hal-hal teknis lainnya ditangani oleh Dekan Pdt.K.A.Kapahang-Kaunang,M.Th. dalam koordinasi dengan Area Dean Pdt.Dr.Z.J.Ngelow di Makassar.

Pada tanggal 20 Maret 2009 ini akan dilaksanakan ujian promosi Doctor of Theology bagi Pdt.Liesje Agustine Sumampouw yang menulis disertasi dalam bidang Pastoral dalam bimbingan dosen Pdt. Adriana Lala, D.Theol (chief advisor).

Selasa, 10 Februari 2009

”Fakultas Teologi UKIT Melanjutkan Tugasnya dengan Beberapa Tanda Baik”


Fakultas Teologi UKIT Buka Kegiatan di Semerter Genap tahun Akademi 2008/2009 dengan Ibadah

Tomohon – Fakultas Teologi UKIT, Senin (9/2) lalu telah membuka kegiatan perkuliahan semester genap tahun akademik 2008/2009 dengan ibadah. Hadir dalam ibadah pembukaan semester tersebut Dekan Fakultas Teologi UKIT Pdt. K.A. Kapahang-Kaunang, M.Th., Rektor UKIT Pdt. Dr. R.A.D. Siwu, MA, Ph.D., mantan Ketua Sinode GMIM yang juga dosen di Program Pasca Sarjana Teologi UKIT Pdt. Dr. A.F, Parengkuan, para pembantu dekan, para ketua Progdi, para dosen, mahasiswa dan pegawai serta para peserta kuliah intensif akta IV Februari 2009.

Ibadah pembukaan semester ini dipimpin oleh Denni Pinontoan, STh, yang mengambil pembacaan dari Lukas 12:22-34. Dalam renungannya, Pinontoan menegaskan soal pentingnya memaknai hidup secara benar. “Pesan firman kita kali ini, bahwa hidup yang merupakan anugerah pemberian dari Tuhan mestinya direspon dengan cara mengabdikan hidup sepenuhnya pada komitmen memperjuangkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. Itulah makna kita mengiplementasikan Injil dalam konteks sekarang,” kata Pinontoan.

Dalam konteks Fakultas Teologi UKIT, menurut Pinontoan, dimulainnya kegiatan semester genap tahun akademik 2008/2009 merupakan bukti nyata, betapa meski telah melalui berbagai tantangan dan bahkan ancaman, Fakultas Teologi UKIT tetap eksis dan terus bertanggung jawab atas tugas dan panggilannya. “Meski beberapa tahun terakhir ini fakultas kita dilanda dengan berbagai persoalan, tapi karena kita percaya Allah menyertai kita, maka persoalan itu tidak kemudian membuat kita diam diri, malahan terus berusaha mengembangkan apa yang menjadi rencana dan tanggung jawab,” tegas Pinontoan.

Dekan Fakultas Teologi UKIT Pdt. K.A.Kapahang-Kaunang, MTh, dalam sambutannya, menegaskan, meski persoalan terus mendera Fakultas Teologi UKIT, namun sekarang ini setidaknya ada beberapa tanda baik. Antaranya, di awal tahun 2009 ini, civitas Fakultas Teologi tidak lagi mendengar isu-isu negatif yang sifatnya mengancam keberadaan lembaga pendidikan teologi milik GMIM ini. “Berikut, sebagai tanda baik, bahwa nantinya di beberapa bulan ke depan ini aka nada ujian promosi doctoral di Program Pasca Sarjana Teologi UKIT,” jelas Pdt. Kapahang.

Pdt. Kapahang mengatakan, di semester genap ini, akan ada beberapa program yang akan dilaksanakan, yaitu, program English Day, presentasi hasil penelitian sejumlah dosen, dan pengabdian masyarakat dalam bentuk pelayanan di beberapa jemaat. “Makanya, saya berharap, marilah kita berdiri bersama-sama, berjuang bersama dan bekerja bersama untuk kemajuan Fakultas Teologi UKIT yang sama-sama kita cintai ini,” tandas Pdt. Kapahang.

Selain memulai semester genap di tahun akademik 2008/2009 ini, Fakultas Teologi juga akan melaksanakan kuliah intensif akta IV bagi sekitar 70-an peserta.

Kuliah sendiri sebenarnya baru akan dimulai pada tanggal 16 Februari 2009. Menurut Pdt. L. Pangaila-Kaunang, D.Th, selaku Pembatu Dekan Bidang Akademik, ini terjadi karena selama seminggu ini para dosen akan mempersiapkan diri untuk menghadapi kuliah nanti. “Meski kuliah nanti akan dimulai pada tanggal 16 Februari, tapi secara resmi kegiatan di semester genap ini telah dimulai pada Senin, 9 Februari,” jelasnya. (dp)

Senin, 09 Februari 2009

Teologi Revitalisasi Pertanian

Oleh Pdt Prof Dr WA Roeroe

ADA tiga hal yang menarik perhatian saya membaca pemberitaan Harian Komentar No 1994 Tahun VI tertanggal Sabtu 3 November 2007. Ketiga hal yang diberitakan itu ialah: Pertama, dalam halaman 5 Tentang Revitalisasi Pertanian, “Going Nowhere ?” (2), sebagai lanjutan pemberitaan tentang pokok yang sama dalam terbitan Harian Komentar sehari sebelumnya Jumat 2 November 2007 juga dalam halaman 5, yang ditulis oleh sdr A. Lucky Longdong.

Beliau bekerja di BKP dan adalah Ketua DPP HKTI Sulawesi Utara. Inti daripada tulisannya itu berkisar pada satu pihak tentang keprihatinannya akan daftar pergumulan, kalaupun bukan daftar penderitaan para petani dan keluarganya di daerah ini. Ada indikasi yang kuat lanjutnya bahwa pertumbuhan ekonomi sektor pertanian berpotensi menurun tahun ini. Sehingga beliau mempertanyakan selanjutnya bahwa ada permasaalahan-permasaalahan yang harus ditanggulangi bersama oleh semua pihak di daerah ini demi meningkatkan Nilai Tukar Petani ( NTP ) dalam rangka besar dan lebih luas program penanggulangan kemiskinan didaerah kita ini. Dengan memajukan data empiris yang sangat aktual beliau menunjukkan bahwa betapa dibutuhkan kerja keras para stakeholders yang terkait dengan pembangunan sektor pertanian.

Singkatnya beliau menghimbau, baik pemerintah maupun sekali lagi semua pihak, dalam hal kita akan memasuki tahun kedua Program Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan Gubernur Sulut kita pada permulaan bulan Januari 2007 di Moinit Minahasa Selatan. Para petani dan nelayan harus benar-benar didorong dan bahkan difasilitasi sedemikian rupa sehingga mereka mampu melakukan produksi berdasarkan good agricultural practices dan pada gilirannya boleh mendapat keuntungan yang layak atas korbanan yang telah dikeluarkan. Singkatnya sekali lagi katanya memasuki tahun ke dua operasionalisasi Program Revitalisasi Pertanian memerlukan kekuatan, bila perlu reorientasi semua pihak sedemikian rupa sehingga keberpihakan kepada kelompok petani miskin boleh maksimal. Mereka sedang merintih untuk bisa segera keluar dari perangkap kemiskinan. Dalam terbitan yang sama dalam halaman 25 sekali lagi Sdr Dr Ir Lucky Longdong MEd., sesudah melantik Anatje Mawu-Pondaag SIP sebagai Ketua HKTI MITRA mengungkapkan lagi bahwa HKTI hadir di Mitra untuk menghimpun masyarakat yang berprofesi sebagai petani maupun peminat pertanian untuk dapat menjadi mitra kerja bagi pemerintah terutama untuk kemajuan pertanian di daerah. Demikianlah inti sari bagian pertama dalam Harian Komentar tertanggal Sabtu, 3 November 2007.

Sebagai seorang yang dibesarkan dan dibina suatu keluarga petani, dan juga sebagai amanat hidup saya sebagai motivator bagi hikmat-hikmat kehidupan, maka saya sungguh merasa tergugah oleh penyampaian dan himbauan DR. Ir. Lucky Longdong M. Ed. ini. Kedua, sesudah membaca pemberitaan yang berikut dalam Harian Komentar yang sama seperti tertera dalam halaman 8. Dan inilah kesan kedua saya menyambung kesan pertama diatas tadi. Dalam bagian ini diberitakan tentang Festival Kompetensi dan Kreativitas Siswa SD se- Sulut diuji yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Nasional Sulut pada tanggal 1 – 3 November 2007 bertempat di BPKB Diknas Sulut di Bahu- Malalayang. Perwakilan Siswa SD dari Kabupaten / Kota telah mengikuti Festival tersebut. Menurut berita itu selanjutnya bahwa puluhan Siswa Perwakilan Kabupaten / Kota se-Sulut menunjukkan kebolehannya dalam bidang-bidang Kompetensi Bahasa Indonesia , Kompetensi membuat Alat Teknologi Sederhana, Kerajinan Tangan, Kreativitas Seni Lukis dan Kompetensi Menggunakan Teknologi Informasi ( Komputer ). Tujuan kegiatan ini menurut Satker Peningkatan Mutu SD Diknas Sulut Sdr Jenry Sualang S.Pd., ialah untuk memberikan wadah bagi siswa SD untuk berkreasi dan berinovasi dengan mengedepankan sportivitas dalam mengembangkan diri secara optimal, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan sekaligus untuk menseleksi siapa yang terbaik untuk dipersiapkan pada Festival Kompetensi dan Kreativitas Siswa SD Tingkat Nasional. Membaca berita ini maka saya mengusahakan diri untuk menyaksikannya pada besok harinya tanggal 3 November, tetapi apa daya kegiatan itu sudah ditutup pada sore hari tanggal 2 .Jadi tidak sempat saya saksikan apa yang dimaksudkan dengan bidang kompetensi membuat Alat Teknologi Sederhana. Minat saya ialah untuk mecari tahu apakah sudah ada hasil kreativitas dan inovativitas Siswa SD dalam Bidang dan Kegiatan Pertanian juga. Seandainya belum, maka saya mencatatkan hal ini melengkapi kesan saya yang pertama di atas tadi.

Ketiga, ialah masih dalam pemberitaan Harian Komentar tadi dalam halaman 11, ialah tentang penyelenggaraan Pameran Kegiatan Teknologi Tepat Guna ( TTG ) pada tanggal 6 – 10 November di Manado Convention Center ( MCC ) yang akan dihadiri sekitar 3000an orang dan mempertunjukkan Kegiatan TTG itu dari 33 Provinsi di seluruh tanah air. Dalam acara inipun saya hanya mendapat kesempatan menyaksikan dua hal yang sangat menarik perhatian saya, ialah tentang upaya memproses kelapa hingga 12 jenis hasil dan yang menyolok sekali tentang pembuatan mesin atau alat untuk menghasilkan cocosolar ( minyak solar dari kelapa ) dari Jawa Tengah.

Dan yang berikut ialah hasil pengolahan mutiara dari Mataram yang juga sangat menggembirakan. Yang lain-lain sekali lagi tidak sempat saya saksikan. Tetapi yang saya tahu pula bahwa Bupati Minahasa Selatan Drs. R. M. Luntungan sempat membeli 20 mesin penuai padi sehingga menjadi beras, mesin berupa traktor kecil yang digerakkan dengan remote control, yang dihasilkan oleh Sulawesi Selatan. Tiap kecamatan di Kabupaten MinSel, mendapatkan satu mesin yang berharga 25 juta rupiah. Dan pada hari Jumat tanggal 9 November ybl sudah Beliau demonstrasikan penggunaannya di desa-desa Lelema – Popontolen khususnya pagi para petaninya.

Di atas tadi sudah saya katakan bahwa ketiga hal ini berkesan sekali bagi saya apalagi tergugah oleh penyampaian dan himbauan Dr Ir Lucky Longdong M. Ed.. Dari Kegiatan Festival Kreativitas dan Inovativitas Siswa SD se –Sulut, kalau saya tidak khilaf, belum terbit menat ke pertanian dan agroindustri serta agrobisnis dalam kegiatan-kegiatan itu. Dan dari pengamatan saya yang sangat terbatas dalam Pameran TTG tadi itu saya mendapat kesan bahwa daerah-daerah lain rupanya ( jauh ) lebih maju dari pada kita disini dalam bidang kegiatan kehidupan yang maha penting ini, ialah pertanian dan agroindustri serta agrobisnis khususnya di Tanah Minahasa ini. Pada hal Tanah dan Iklim serta Kelautan sekeliling kita bukan main kekayaan sumber daya alamnya.

Lalu sekali lagi sebagai motivator hikmat-hikmat kehidupan, maka saya tergugah dan hendak mengemukakan hal-hal yang berikut yang kiranya memenuhi sebagian kecil yang diharapkan Sdr Dr Ir Longdong tadi.Bagi kita masakini disini dalam rangkaian pokok percakapan kita tentang Revitalisasi Pertanian, maka biarlah kita perhatikan hal-hal yang berikut ini. Pemahaman kita sekarang tentang Pertanian dan oleh sebab itu Revitalisasi Pertanian, maka terkandung didalamnya , dan inilah juga program prioritas Pemda kita di daerah ini ialah : Peternakan, Perikanan air tawar dan Perikanan Laut, Kehutanan dan Pembangunan Pedesaan, serta segala Industri dan Perdagangan atau Agroindustri dan Agrobisnis, lalu Produksi Alat-alat Teknologi Pertanian mulai dengan yang Sederhana. Berbarengan dengan itu perenungan dan reorientasi Pendidikan di segala arasy untuk menggairahkan menghidupkan dan menggiatkan Pertanian dalam pengertian komprehensif ini. Sumbangan pikiran saya sekadarnya berkisar pada yang saya sebut Teologi Revitalisasi Pertanian. Maksud saya dengan Teologi ialah bicara-bicara tentang Tuhan yang dalam hal ini disaksikan oleh Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dan bicara-bicara tentang Tuhan disini dapat dilanjutkan dengan mengatakan berupaya memahami Firman dan KehendakNya bagi kita kini dan disini berkenaan dengan yang kita sebut juga Pertanian, dan oleh sebab itu juga Revitalisasi Pertanian, dalam pengertian yang sudah disinggung diatas tadi, yakni menghidupkan, menggairahkan dan menggiatkan lagi semua pihak, baik Pemerintah maupun Swasta, dan segala sesuatu yang berkenaan dengan Pertanian.

Dalam hal ini saya menunjukkan saja demi kesederhanaan pada tiga bagian dalam Alkitab itu. Pertama : ialah dalam kesaksian Kitab Kejadian, kitab pertama dalam Perjanjian Lama, fasal ke – 2 ayat 8 dan seterusnya. Disitu kita mendengarkan kesaksian tentang karya Tuhan membuat Taman di Eden bagi pemukiman manusia yang dibentukNya. DitumbuhkanNya berbagai-bagai pohon dari bumi Taman di Eden itu, . . . . . untuk dimakan buahnya. Lalu dalam ayat 15 dstnya kita menyaksikan bahwa Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara Taman itu. . . . . Istilah masakini untuk yang disebut mengusahakan dan memelihara Taman atau tempat pemukiman manusia itu ialah a. l. Pertanian. Inilah kehendak Tuhan Allah Pencipta bagi manusia sejak mula jadinya. Sekali lagi supaya manusia itu berupaya demikian rupa mengusahakan, yakni mengolah tanah Taman Kehidupan itu dengan kerja keras, rajin, tabah dan tekun tetapi juga untuk memelihara, merawat dan melestarikannya. Dan semua ini demi kehidupannya sendiri dan rekan-rekan ciptaanNya. Biarpun harus dengan bersusah-payah . . . . .dan dengan perpeluh untuk memperoleh rezekimu dari tanah itu. Hal terakhir inipun karena ada yang manusia itu sendiri langkahi yang tidak dikehendaki Tuhan Allah, yakni mau menjadi sama seperti Dia ( ayat 5 ) lalu melupakan bahwa dia adalah ciptaan bukan Pencipta seperti Maha Tuhan. Namun ada amanat juga dari Dia untuk menciptakan juga dalam batas-batas dan kemampuiannya sebagai manusia ciptaan.

Jadi dapat kita katakan sekarang juga bahwa mengolah, mengusahakan dan memelihara Tanah tempat Pemukiman atau Bertani itu adalah amanat Firman dan kehendak Tuhan Allah Pencipta bagi kita sekarang ini juga demi kehidupan dan keselamatan kita. Itu malahan berkat, bukan kutuk, karena ia menghidupkan. Jadi apabila mengabaikan amanat Maha Tuhan ini, yaitu Revitalisasi Pertanian, bagi kita sekarang ini, artinya kita lebih memilih terkutuk dan bersedia untuk musnah dan lenyap, dari pada hidup selamat beroleh berkatNya. Dan hal ini bukan hanya bagi para petani, melainkan bagi kita sekalian dengan segala keprihatinan dan keperhatian serta keterhubungan kita langsung atau tidak langsung dengan usaha dan upaya mengolah pertanian, agroproduksi, agroindustri dan agrobisnis . Dan lagi apabila kita mengatakan bahwa kita umat beragama yang percaya pada Kehendak dan Firman Tuhan ini, maka kita bukan hanya seperti yang diharapkan DR Ir Longdong tadi agar supaya kita semua, yang pada hakekatnya adalah stakeholders yang menikmati hasil pertanian didaerah ini, supaya kita mengadakan reorientasi mind-set atau cara berpikir kita sambil langsung atau tidak langsung paling kurang memperhatikan pertanian ini demi kehidupan kita dan anak cucu kita dimasa depan. Melainkan hal ini terutama adalah Firman dan Kehendak Maha Tuhan bagi kehidupan kita. Bahwa Bapak Gubernur kita mengamanatkan Revitalisasi Pertanian didaerah kita ini, marilah kita menyambutnya bukan hanya sebagai cita-cita Pemerintah, melainkan sekali lagi terutama sebagai penghayatan dan pengamalan Firman dan Kehendak Tuhan Pencipta bagi kita. Jadi dimana mungkin dan berkesempatan agar supaya dalam cara kita sendiri-sendiri menjadi “petani-petani” yang ulung juga diatas tanah Taman Eden anugerah Tuhan Allah kepada kita didaerah Tanah Minahasa dan Sulawesi Utara ini dalam Rangka Revitalisasi Pertanian. Atau paling kurang kita masing-masing membangkitkan keprihatinan dan keterhubungan hidup kita dengan segala aspek Revitalisasi Pertanian seperti yang dimaksudkan diatas tadi.

Kita lanjut sebentar lagi dengan memperhatikan berita kitab Ruth dalam Perjanjian Lama itu. Dalam ayat terakhir Kitab itu, yakni fasal 4 ayat 21 dan 22 dikatakan bahwa : Salmon memperanakkan Boas, Boas memperanakkan Obed, Obed memperanakkan Isai dan Isai memperanakkan Daud. Dan Daud inilah yang kemudian menjadi Raja Kerajaan Kesatuan Israel Raya ( sekitar tahun 1000 – 960 sebelum Kristus ) yang sangat disanjung-sanjung sepanjang masa, biarpun dia tidak luput dari segala kelemahan-kelemahan dan segala dosa-dosanya sebagai manusia. Bahkan dalam Injil Matius fasal 1 ayat 1 segera disebutkan bahwa : Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Dan dalam ayat 16 dan yang mendahuluinya dijelaskan bahwa Yusuf suami Maria adalah dari keturunan Raja Daud ini. Nah begitulah silsilah Yesus Kristus, Juru Selamat Dunia.

Tetapi sebelum lanjut dengan salah satu pengajaran Yesus Kristus nanti, kita kembali lagi dulu kepada Boas dalam Kitab Ruth diatas tadi. Siapakah sebenarnya Boas ini. Dalam fasal 2 sampai 4 Kitab Rut ini dikisahkan bahwa dia adalah seorang petani pengusaha yang saleh dan yang sangat berhasil serta patuh pada adat-istiadat keluarga dan marganya. Tetapi dia adalah juga seorang lelaki bujangan. Kisah pertemuan petani ulung ini dengan calon istrinya dikisahkan sangat romantis dan mengharukan sekali dalam Kitab Rut ini. Dengan begitu Boas memperistrikan janda muda cantik orang asing dari seberang, tetapi yang mengorbankan segala-galanya untuk mengikuti mertuanya Naomi, dengan pengakuannya yang menonjol hebat : “ . . .bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku. . . . .”. ( fasal 1 ayat 16 ). Namanyapun dikekalkan dalam nama kitab ini, yakni Rut. Bahkan sebagai istri Boas namanyapun tetap terdaftar dan diingat hingga menjadi nenek moyang Yusuf dan istrinya yakni Maria Ibu Yesus Kristus.

Nanti tidak lama lagi kita akan memasuki Minggu-minggu Advent di bulan Desember 2007 ini, artinya minggu-minggu menantikan atau menjelang Perayaan Natal Yesus Kristus. Sebaiknya jugalah apabila Buku Ruth ini menjadi bahan renungan kita. Atau biasanya para pemuda senang juga mengadakan acara-acara pertunjukan atau “sandiwara” menjelang Natal. Pada tempatnya jugalah roman Boas dan Ruth ini dijadikan bahan pertunjukan itu. Asal harus ditonjolkan juga pemeran utama itu yakni Naomi, Ruth dan Boas Pemuda Petani ulung dan berhasil serta baik budinya itu dan tentu sekali bagian akhir penyajian serta maksud penulisan Kitab Rut ini. Dengan begitu kiranya akan menjadi bahan motivasi juga bagi generasi muda kita menjelang perayaan Natal tentang peran Pemuda Petani ulung dan baik budinya ini. Dan inipun sebagian dari Teologi Revitalisasi Pertanian untuk menggairahkan generasi muda tentang hubungan erat antara Petani dan Natal Yesus Kristus, antara Revitalisasi Pertanian masakini dan Keselamatan Dunia mulai dengan dunia kita di daerah kita ini.

Ketiga ialah pengajaran Yesus Kristus, Dia yang disebut-sebut diatas tadi, pengajaranNya yang disaksikan dalam Injil Matius Fasal 25, 14 – 30 dan membandingkannya dengan Injil Lukas 19, 12 – 27 , yang dikatakan Perumpamaan tentang Talenta.

Apa inti berita atau pengajaran Yesus dalam perumpamaan ini ?. Didalamnya disajikan tentang tiga orang “hamba”. Sebenarnya membaca akan jalannya dan isi pengajaran ini, maka dalam bahasa sekarang ini disitu dikemukakan tentang sikap tiga orang “pengusaha” atau “manager” yang masing-masing beroleh lima, tiga dan satu “modal”. Dia yang mendapat modal lima pergi dan “menjalankan uang atau modal” itu sehingga memperoleh lima keuntungan atau “profit” atapun “bonus” ( bahasa sekarang ini ) lagi. Yang mendapat dua modal juga berbuat demikian lalu beroleh juga 2 bonus lagi. Tetapi yang ketiga yang memang cuma dan hanya mendapat satu modal, mengira bahwa pemberi modal itu penjahat sehingga dibenamkannya satu-satunya modal itu kedalam tanah. Jadi tidak dijalankannya atau, bahasa sekarang ini, tidak berusaha atau tidak diputarnya modal itu, atau tidak diperkembangkannya. Sekali lagi karena beranggapan bahwa pemberi modal itu penjahat, atau sebenarnya dia bodoh, tidak berinisiatif, tidak kreatif dan oleh sebab itu tidak produktif, hanya menyimpannya kedalam tanah, dan tentu “karatanlah” atau “bakaratlah” modal itu. Maka Pemberi modal itu berkata baik kepada yang pertama maupun kepada yang kedua bahwa mereka adalah pengusaha-pengusaha atau manager-maneger yang baik, dan oleh sebab itu kepada mereka akan dipercayakan “proyek-proyek” yang lebih besar dan lebih banyak, karena terampil me-manage modal pemberian pemberi. Tetapi kepada yang ketiga yang tolol atau malas barangkali dan yang tidak berusaha, maka bukan hanya modal yang cuma satu yang akan diambil daripadanya, melainkan semua yang ada padanyapun akan diambil dan akan diberikan kepada yang pinter, terampil, rajin, tabah dan teguh berusaha dan menjadi manager yang baik bagi segala modal, anugerah dan karunia kepadanya.

Nah biarlah kita ingat-ingat bahwa ini adalah pelajaran Yesus Kristus, Juru Selamat dunia bagi keselamatan kita juga.

Semua segi pelajaran ini adalah demi keselamatan dan kebahagiaan kita dan anak-cucu kita juga di kemudian hari.

Jadi demi kabahagiaan hidup di kemudian hari itu, maka hendaklah kita mengamalkan atau melaksanakan Firman dan Kehendak Tuhan dalam bidang Revitalisasi Pertanian ini.

Dengan kata lain sebagai buah-buah iman kita atau sebagai hasil dan kegiatan keberagamaan kita kini dan disini, maka tidak boleh tidak dan hendaknya tidak boleh diabaikan lagi melibatkan diri dalam Revitalisasi Pertanian ini disini. Dan sekali lagi harus kita hadapi hal ini dengan tabah, tekun, rajin dan teguh sebagai antara lain buah-buah iman atau hasil keberagamaan kita disini. Supaya dengan demikian kita hidup dalam berkat karena melibatkan diri dengan caranya masing-masing dalam segala kegiatan Revitalisasi Pertanian dalam dan dengan segala aspeknya.

Apalagi kalau kita menginventarisasikan segala ”modal atau karunia berupa sumber daya alam anugerah Tuhan Pencipta” di daerah kita ini berupa sekali lagi : Segala ikan di laut, iklim yang menolong, tanah yang subur yang ditumbuhi berjenis-jelinis tanaman kelapa, pala, cingke, vanili, berjenis-jenis rempah-rempah lainnya, bunga-bungaan, padi , jagung, ubi-ubian, hutan biarpun sedang mengalami pembalakan liar, sebutkan apa saja. Dan bila kita tidak tahu mengolah dan memelihara segala anugerah dan karunia Maha Tuhan kepada kita disini, artinya mengabaikan Revitalisasi Pertanian, maka seperti Perumpamaan Tuhan Yesus tadi, segala sesuatu itu akan diambil dari kita dan diberikan kepada mereka yang tahu dan giat “pake otak”, rajin, terampil, tabah dan tekun mengolah dan memeliharanya demi kebaikan mereka. Jangan-jangan hal dan proses serta kegiatan ini sudah sementara berlangsung di daerah kita ini sekarang. Maka celakalah dan akan musnahlah kita dalam kutuk karena kebodohan kita sendiri.

Biarlah kita ingat-ingat juga akan dua hal yang berikut :

Kita di daerah kita ini hanya bisa berada hingga sekarang ini karena ada ketrampilan para pendahulu kita tentang mengolah dan memelihara Tanah yang kita sebut sekarang Pertanian atau Bertani. Mereka sungguh ulet dalam hal ini sehingga kita berada sekarang ini. Akan tetapi mengamat-amati gelaja lahan dan tanah serta keadaan sekitar kita sekarang ini disini, seperti sudah dikemukakan juga oleh Dr Ir Longdong tadi, harus jujur kita sekarang untuk mengatakan bahwa sudah sangat menipis ketrampilan di bidang Pertanian itu, jangan-jangan makin saja kita abaikan.

Pada hal biarlah kita ingat-ingat juga bahwa di Negara-negara yang dikatakan sudah maju, maka dia maju juga karena perhatian yang serius pada segala aspek pertanian ini. Begitulah juga yang sedang digiatkan Negara-negara tetangga kita.

Dan kalau jadinya kita perhatikan lagi amanat Firman dan Kehendak Maha Tuhan lalu menghayati serta mengamalkannya sebagai buah-buah iman atau sebagai salah satu hasil keberagamaan kita, maka inilah permulaan kita untuk merubah mind-set atau cara berpikir dan bertindak kita seperti juga yang dimintakan Dr Ir Longdong tadi. (**)

Kakaskasen, November 2007.

Penulis, mantan ketua Sinode GMIM. Kini Direktur Pasca Sarjana UKIT.

Tulisan ini pernah dipublikasikan di harian Komentar 28 Nopember 2007

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More